Balai Arkeologi
Yogyakarta menelusuri kembali jejak Bastion de Smits, salah satu sudut
benteng Kota Lama Semarang yang didirikan tahun 1741-1756. Selama ini,
keberadaan Bastion de Smits hanya diketahui dari peta kuno Belanda,
tetapi bentuk fisiknya belum ditemukan.
Peneliti Balai Arkeologi
(Balar) Yogyakarta, Novida Abbas, menjelaskan, Bastion de Smits
merupakan sudut benteng yang berbentuk seperti
mata panah jika dilihat dari atas. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pengintaian, pengawasan, dan penyimpanan meriam.
mata panah jika dilihat dari atas. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pengintaian, pengawasan, dan penyimpanan meriam.
”Di setiap sudut benteng, biasanya terdapat bastion (menara pantau). Ini adalah kekhasan benteng atau kastel Eropa (termasuk Belanda),” ucap Novida, Kamis (4/9), saat dihubungi Kompas dari Jakarta.
Berdasarkan data arsip
dan peta kuno Belanda, luas benteng Kota Lama Semarang mencapai 31
hektar. Namun, pada 1824, Belanda menghancurkan benteng itu karena
kebutuhan perluasan kota dan pembangunan jaringan rel kereta api.
”Pada arsip dan peta kuno
Belanda disebutkan, selain Bastion de Smits, ada juga Bastion de Ijzer,
Bastion de Hersteller, dan Bastion Amsterdam. Namun, di atas tiga
bastion itu sekarang telah berdiri bangunan-bangunan baru. Kini, hanya
Bastion de Smits yang memungkinkan digali karena berada di lahan parkir
kosong Jalan Sleko, Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara, Kota
Semarang,” tutur Novida.
Balar Yogyakarta mulai
meneliti benteng Kota Lama Semarang sejak 2007 dan melakukan ekskavasi
pada 2009 dengan temuan sisa tembok benteng di kedalaman 1,3 meter.
Penelitian relatif lambat karena terkendala limpasan air rob laut. Setiap penggalian
mencapai kedalaman 30-40 centimeter, air mulai keluar sehingga
menghambat ekskavasi. ”Kami menemukan posisi fondasi benteng pada
kedalaman 2,4 meter-2,5 meter. Namun, sudut bentengnya belum ketemu,”
ujarnya.
Penelitian sempat terkendala perizinan karena lokasi yang menunjukkan
letak Bastion de Smits berada di lahan milik PT Perusahaan Gas Negara.
Akan tetapi, penelitian akhirnya bisa dilanjutkan.
Kepala Seksi Perlindungan
Pengembangan dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng
Gutomo mengatakan, hasil ekskavasi itu, jika memungkinkan, akan
dijadikan situs yang dapat diperlihatkan kepada masyarakat. Dengan
begitu, hasil penelitian benteng Kota Lama Semarang tidak hanya menjadi
studi pustaka, tetapi juga dapat diketahui bentuknya.
Kepala Balar Yogyakarta
Siswanto menambahkan, pembuktian itu akan menjadi poin tambahan untuk
memaparkan sejarah Kota Lama Semarang secara komprehensif.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar