Kamis, 15 Oktober 2015

Batavia Nyaris Saja Hancur, Kalau Saja Mataram Berhasil


Pengepungan Batavia oleh Pasukan Mataram (dibuat setelah tahun 1680)

Lukisan diri Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen oleh Jacob Waben.
Gubernur Jenderal yang perkasa itu pun ditaklukkan hidup dan jayanya oleh pengepungan Mataram

Sultan Agung dan peta Pulau Jawa.
Ambisi besarnya menaklukkan Batavia gagal



Suatu waktu, para serdadu Belanda yang direkrut VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pernah “dipaksa” mempertahankan Batavia (kini Jakarta, ibukota Republik Indonesia) habis-habisan. Itu terjadi dua kali, di tahun 1628 dan 1629. Kerajaan Mataram (Islam) dengan kekuatan besar mencoba menghancurkan Batavia yang ketika itu menjadi markas VOC, yang dapat dikatakan sebagai pertempuran dahsyat setelah pertempuran antara pasukan Fatahilah melawan pasukan Portugis di wilayah yang sebelumnya bernama Sunda Kalapa tersebut. Meskipun kemenangan diraih VOC, namun VOC juga menanggung kerugian besar yang hampir sama besarnya dengan Mataram.

Sebagai wadah persekutuan pedagang Belanda, VOC menerima hak istimewa yang salah satunya adalah berhak mengadakan perjanjian, berperang, atau berdamai dengan raja-raja setempat dan mendirikan benteng. Maka dari itu, para pedagang VOC yang akan berlayar menuju wilayah-wilayah seberang lautan yang belum atau telah  mereka tempati selalu membawa serta para tentara dan angkatan laut. Di tempat itu pun selain terdapat kota, kantor dagang, juga dibangun benteng sebagai pertahanan. Setelah sebelumnya bermarkas di Ambon (Maluku), pilihan VOC pun jatuh pada Jayakarta yang kala itu dikuasai Kesultanan Banten. Setelah menduduki Jayakarta, VOC membangun tempat baru yang dinamakan Batavia.