Selasa, 09 September 2014

Masuknya Teh ke Nederlands-Indie

Salah satu gedung pabrik pengolahan teh di wilayah Maja, Cirebon

Perkebunan teh di Goalpara, Sukabumi



Semua orang tentunya tahu apa itu teh. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat terkenal ke seluruh dunia karena kenikmatan rasanya. Minuman teh berasal dari daun yang diambil dari tanaman teh. Di berbagai negara, teh menjadi salah satu priritas perkebunan karena nilai ekonomis yang termasuk tinggi untuk pasaran dunia. Sedemikian terkenalnya teh, kita dapat menemui dengan mudah perkebunan teh yang ada di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Minimal, kita dapat melihat daun teh yang siap saji sebagai minuman, yang tentunya sudah berada dalam kemasan dengan merek dan variasi rasa yang beragam. Dan, bagaimana teh dapat masuk ke Indonesia, dapat dirunut dari perjalanan sejarah teh masuk ke Indonesia, tepatnya di masa Kolonial Belanda.

Di tahun 1684, teh (Camellia sinensis) didatangkan ke Nederlands-Indie dari Jepang. Teh ini ketika didatangkan masih berupa biji teh (diduga teh sinensis). Adalah Andreas Cleyer, seorang berkebangsaan Jerman yang bekerja sebagai seorang pegawai VOC, yang mendatangkan biji teh tersebut. Tidak mengherankan jika Andreas mendatangkan
biji teh dikarenakan ia juga seorang ahli botani, dokter dan pengajar. Biji teh yang didatangkan dari Jepang itu kemudian ditanam sebagai tanaman hias di Batavia. Pada tahun 1964, seorang rahib bernama F. Valentijn melaporkan bahwa ia melihat tanaman teh sinensis ini di rumah Johannes Camphuys, gubernur jenderal VOC di masa itu di Batavia.

Pada abad ke-18 kemudian, mulai berdiri pabrik-pabrik pengolahan dan pengemasan teh yang didukung oleh VOC.

Setelah Inggris meninggalkan Nederlands-Indie dan pemerintahan kolonial Belanda kembali memegang kekuasaan, didirikanlah Kebun Raya Bogor sebagai kebun botani. Tanaman teh melengkapi koleksi Kebun Raya pada tahun 1826. Tanaman teh kemudian ditanam di  Kebun Percobaan Surupan di Garut pada tahun 1827. Penanaman teh dalam skala luas kemudian dilakukan di Wanayasa (Purwakarta) dan lereng Gunung Raung (Banyuwangi).

Setelah percobaan penanaman teh ini dianggap berhasil, mulai dibangunlah perkebunan teh dalam skala besar yang dipelopori oleh seorang ahli teh bernama Jacobus Isodorus Loudewijk Levian Jacobson pada tahun 1828 di Jawa. Dimana saat itu bertepatan dengan pemerintahan Gubernur Jenderal van den Bosch yang mengagas dan menerapkan Cultuurstelsel. Sebagaimana telah diketahui, teh juga termasuk tanaman yang diusahakan secara besar-besaran dalam Cultuurstelsel.

Teh kering olahan pertama kali didatangkan dari Jawa ke Amsterdam (Belanda) di tahun 1835. Swastanisasi teh dilakukan setahun berikutnya. Hal ini membuka kesempatan untuk pengembangan teh yang lebih luas khususnya di Jawa Barat.
 
Pada tahun 1877, teh jenis assamica didatangkan dari Sri Lanka. Kemudian teh jenis ini ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat (yang sekarang menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina). Teh jenis ini kemudian secara berangsur menggantikan teh sinensis yang lebih dulu berkembang dikarenakan teh assamica sangat cocok dan produksinya lebih tinggi. Sejak saat itu, perkebunan teh berkembang semakin meluas. Dan pada tahun 1910, dibangunlah perkebunan teh pertama di luar Jawa, yakni di daerah Simalungun (Sumatra Utara).


Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar